Senin, 30 November 2009

pkl II

BAB I
PENDAHULUAN



A. Latar belakang
Sungai Kapuas merupakan sungai yang berada di Kalimantan Barat. Sungai ini merupakan sungai terpanjang di Indonesia dengan panjang total 1.143 km, ini merupakan potensi yang sangat besar bagi sumerdaya perikanan. Namun potensi ini juga memiliki tantangan yang amat besar dalam pengelolaannya, khususnya untuk memperoleh manfat ekonomi yang sangat optimal, dengan adanya perkembangan dalam ilmu dan teknologi dalam dunia perikanan bisa meningkatkan penghasilan masyarakat, dan bisa memenuhi kebutuhan masyarakat akan protein dan gizi.
Budidaya perikanan air tawar saat ini sangat banyak digemari masyarakat Kalimantan Barat pada umumnya dan kota Pontianak khususnya, ini terbukti makin bertambah banyaknya orang yang melakukan kegiatan perikanan baik pembesaran maupun pembibitan. Ini merupakan suatu bukti bahwa dudidaya perikanan air tawar sangat diminati orang Kalimantan Barat.
Usaha pembesaran dilakukan dengan maksud untuk memperoleh ikan ukuran konsumsi atau ukuran yang disenangi oleh konsumen. Pembesaran ikan bawal dapat dilakukan di Keramba Jaring Apung. Bawal air tawar saat ini banyak diminati sebagai ikan konsumsi dan cocok untuk dibudidayakan di Kalimantan Barat. Ikan Bawal mempunyai beberapa keistimewaan antara lain : Ketahanan yang tinggi terhadap kondisi limnologis yang kurang baik. Disamping itu rasa dagingnya pun cukup enak.
Tak heran jika ikan bawal banyak dipilih pembudidaya ikan air tawar sebagai produk unggulan. Selain bernilai ekonomis sebagai ikan hias, ikan bawal air tawar atau dengan nama latin (Colossoma macropomum) juga menjadi santapan yang sering dicari di meja makan. Bahkan permintaan yang besar dari produk ini tak hanya datang dari dalam Negeri melainkan juga luar Negeri. Sayang tidak terdapat data pasti berapa total permintaan komoditas yang satu ini.
Secara teori khusus usaha pembesaran, bawal juga tergolong jenis ikan yang tidak ‘rewel’. Tingkat kelangsungan hidup bawal air tawar cukup tinggi, sekitar 90%. Bahkan, ikan ini mampu bertahan hidup dalam Keramba Jaring Apung (KJA) yang tingkat kepadatannya tinggi. Pakannya pun tidak rewel sebab hewan berjenis omnivora ini memiliki nafsu makan yang besar. (Usni Arie, 2000)
Dengan demikian penulis tertarik mengambil judul ” Teknik Pembesaran Ikan Bawal (Colossoma macropomum ) Di Keramba Jaring Apung” sebagai bekal yang dapat digunakan untuk diaplikasikan di lapangan.

B. Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah yang diambil dalam Praktek Kerja Lapangan II ini adalah Teknik Pembesaran Ikan Bawal di Keramba Jaring (KJA) yang meliputi :
1. Persiapan Alat dan Bahan
2. Pemilihan dan Penebaran Benih
3. Kualitas Pakan dan Cara Pemberian.
4. Pertumbuhan.
5. Tingkat kelangsungan hidup.

C. Tujuan
Adapun tujuan yang ingin dicapai dari praktek kerja lapangan (PKL) II ini adalah untuk mengetahui teknik pembesaran ikan Bawal di Keramba Jaring Apung (KJA).

D. Manfaat
Adapun manfaat yang didapat diperoleh dalam Peratek Kerja Lapangan (PKL) II adalah sebagai berikut :
1. Dapat menerapkan ilmu yang selama ini diperoleh di bangku kuliah apakah sesuai dengan kenyataan di lapangan dan melakukan evaluasi sampai sejauh mana ilmu yang telah diberikan oleh pengajar kepada mahasiswa bermanpaat dalam dunia kerja.
2. Dapat menambah keterampilan dalam pembesaran ikan bawal di Keramba Jaring Apung (KJA)
3. Mampu mengembangkan usaha pembesaran ikan bawal di keramba jaring apng (KJA) dan mengetahui ciri-ciri bibit yang baik dan cara penebaranya, cara pemberian pakan serta tinkat kelangsungan hidup ikan bawal.
















BAB II
TINJAUAN PUSTAKA




A. Klasifikasi dan Marfologi
Seorang ahli perikanan bernama Bryner megkelasifikasi ikan bawal air tawar sebagai berikut :
Filum : Chordata
Supfilum : Craniata
Kelas : Pisces
Supkelas : Neoptergii
Ordo : Cypriniformas
Supordo : Cyprinoidea
Famili : Characidae
Genus : Colossoma
Spesies : Colossoma macropmum.

Gambar 1. ikan bawal
Bawal air tawar (Colossoma macropomum Cuvier) memiliki nama dagang redfin (paku). Awalnya, ikan bawal disangka ikan piranha namun, saat perkembangannya ikan ini dapat tumbuh besar dan dipanen seukuran 100 gram serupa dengan ikan bawal yang asli ikan laut. Oleh kerena itu, namanya menjadi ikan bawal air tawar. Dari arah samping, tubuh bawal tampak membulat (oval) dengan perbandingan antara panjang dan tinggi 2:1. Bentuk tubuh seperti ini memandangkan gerakanya tidak cepat. Sisiknya kecil berbentuk ctenoid, dimana setengah bagian sisik belakang menutupi sisik bagian depan. Warna tubuh bagian atas abu-abu gelap, sedangkan bagian bawah berwarna putih. Pada ikan bawal air tawar dewasa, bagian tepi sirip perut, sirip anus, dan bagian bawah sirip ekor berwarna merah. Warna merah ini merupakan ciri khusus ikan bawal sehingga oleh orang Inggris dan Amerika menyebutnya dengan red bally pacu. (Usni Arie, 2000).
Ikan bawal air tawar memiliki kepala kecil dengan mulut terletak di ujung kepala, tetapi agak sedikit keatas. Matanya kecil dengan lingkaran berbentuk seperti cincin. Rahangnya pendek dan kuat serta memiliki gigi yang tajam. Bawal memiliki 5 buah sirip, yaitu sirip pungung, sirip dada, sirip perut, sirip anus dan sirip ekor. Sirip punggung berbentuk tinggi kecil dengan sebuah jari-jari agak keras, tetapi tidak tajam, sedangkan jari-jari lainya lemah. Sirip pungung agak panjang, letak sirip ini agak ke belakang. Sirip dada, sirip perut dan sirip anus kecil dan jari-jarinya lemah. Demikian pula dengan ekor, jari-jarinya lemah, tetapi berbentuk cagak. (Usni Arie, 2000).

B. Habitat dan Penyebarannya
Dilihat dari usulnya, bawal bukanlah ikan asli Indonesia, tetapi berasal dari negeri Samba, Brazil. Ikan ini dibawa ke Indonesia oleh para inportir ikan hias dari Singapura dan Berazil. Pada tahun 1980. ke Indonesia, ikan bawal pun sudah tersebar hampir keseluruh penjuru dunia. Di setiap negara, ikan ini mempunyai nama yang berlainan. Ikan ini disebut ikan bawal kerena ikan ini mirip ikan bawal yang ada di laut. Di Inggris dan Amerika menyebutnya dengan red bally pacu. Kerena bagian sirip perutnya berwarna merah kemerahan. (Usni Arie, 2000).
Miskipun kedudukan ikan bawal ini belum bisa disejajarkan dengan ikan komsumsi lainnya, tetapi kehadiranya memiliki arti tersendiri, terutama dalam memperkaya khasanah ikan budidaya di indonesia. Bila telah populer, tak tutup kemungkinan bawal dapat mengalahkan kedudukan ikan-ikan lainnya. (Usni Arie, 2000).
Selain pertumbuhannya cepat, kelebihan lain ikan bawal adalah cara pemeliharaanya tidak rumit. Ikan bawal ini dapat dipelihara di kolam dengan tingkat kelangsungan hidup yang tinggi. Bawal yang dipelihara di kolam pendederan dan pembesaran kelangsungan hidupnya dapat mencapai 90%. Persentase tersebut lebih tinggi bila dibandingkan ikan nila dan ikan mas yang kelangsungan hidupnya paling tinggi 80%. Selain itu ikan bawal dapat ditebar dalam kepadatan tinggi. (Usni Arie, 2000).

C. Kualitas Perairan
Kualitas dalam suatu kondisi perairan khususnya untuk kegiatan budidaya (pembesaran ikan bawal) harus diperhatikan kerena untuk mendapatkan hasil yang baik maka kualitas perairan juga harus baik, untuk menciptakan perairan yang dapat menghasilkan hasil yang bagus atau yang berkualitas baik, diperlukan penanganan ataupun pengukuran terhadap kondisi air tersebut yang nantinya diharapkan kualitas air yang ada diperairan tersebut dapat mendukung proses kegiatan budidaya ikan.
Bila kualitasnya kurang baik, air dapat menyebapkan ikan lemah, napsu makan menurun dan mudah terserang penyakit. Oleh sebap itu, kualitas air untuk ikan bawal harus sesuai dengan yang dibutuhkan. Parameter untuk mengetahui kualitas air meliputi sifat fisika (warna, kekeruhan, suhu), sifat kimia (kandungan oksigen, karbondioksida, pH, amoniak), serta sifat biologi (binatang-binatang yang hidup di perairan tersebut).
Menurut (Usni Arie, 2000) kualitas air yang baik untuk ikan bawal air tawar adalah sebagai berikut.

Tabel 1. Prameter Kualitas Air Untuk Ikan Bawal
PRAMETER NILAI
Suhu 25—30oC
Warna Hijau kecoklatan
Kekeruhan 20—40 cm oleh planton
Karbondioksida Maksimal 25 mg/l
PH 7—8
Amoniak Maksimal 0,1 mg/l
Sumber : Usni Arie 2002
D. Sarana dan Prasarana
Dalam usaha pembesaran ikan bawal di keramba jaring apung. Sarana dan perasarana yang dibutuhkan. Sarana dan prasarana sangat menentukan keberhasilan dalam usahanya tersebut.
Adapun sarana dan prasarana yang digunakan dalam pembesaran ikan bawal di keramba jaring apung adalah meliputi:
1. Rakit
Rakit merupakan bingkai yang dilengkapi pelampung sebagai tempat untuk meletakan atau unuk mengikat waring atau jaring. Bahan rakit dapat berupa bambu, kayu, pipa galavins (pipa tahan karat) maupun pipa paralon. Namun bahan yang umum digunakan adalah kayu dan bambu lebih murah dan lebih mudah didapat.
2. Waring
Waring adalah kantong pemeliharaan yang umumnya digunakan
3. Kendaraan
Kendaraan adalah alat yang digunakan untuk memudahkan mencapai lokasi tempat kegiatan budidaya tersebut.
4. Sarana kerja lapangan
Untuk pembesaran ikan bawal selain sarana diatas, juga diperlukan sarana lapangan seperti ember dayung serta pembersih waring.
5. Peralatan lain
Untuk pembesaran ikan bawal peralatan lain yang diperlukan seperti tersedianya jalan, listerik, dan alat untuk pengankutan hasil produksi.

E. Pemilihan dan Penebaran Benih
Pemilihan benih mutlak penting, karena hanya dengan benih yang baik ikan akan hidup dan tumbuh dengan baik. Penebaran benih Sebelum benih ditebar perlu diadaptasikan, dengan tujuan agar benih ikan tidak dalam kondisi stres saat berada dalam keramba jarin apung. Cara adaptasi : ikan yang masih terbungkus dalam plastik yang masih tertutup rapat dimasukan kedalam kolam, biarkan sampai dinding plastik mengembun. Ini tandanya air keramba jarin apung dan air dalam plastik sudah sama suhunya, setelah itu dibuka plastiknya dan air dalam keramba jarin apung masukkan sedikit demi sedikit kedalam plastik tempat benih sampai benih terlihat dalam kondisi baik. Selanjutnya benih ditebar / dilepaskan dalam keramba jarin apung secara perlahan-lahan. Adapun ciri-ciri benih ikan bawal yang baik antara lain :
1. Sehat bibit yang sehat akan memiliki respon yang baik terhadap rangsangan, dan tidak ditemukan luka atau parasit yang menempel pada tubuh bibit ikan
2. Anggota tubuh lengkap dan tidak cacat Organ tubuh lengkap dan proporsional, bahwa benih yang dipilih tidak mengalami cacat fisik mulai dari kepala sampai ekor.
3. Aktif bergerak bibit yang baik cenrung lincah dalam pergerakan
4. Tidak membawa penyakit ikan yang dibudidayakan jangan pernah membawa penyakit.
5. Ukuran seragam, ukuran bibit ikan yang akan dipelihara harus seragam atau mendekati seragam, dengan demikian diharapkan pertumbuhannya diharapkan tetap sama atau seragam sampai akhir pemeliharaan.
6. Jenis Unggul sebaiknya bibit yang budidayakan jenis bibit ungul, dengan bibit ungul bisa mempercepat masa panen dan tahan terhadap penyakit.

F. Kualitas Pakan Dan Cara Pemberian
Kualitas dan kuantitas pakan sangat penting dalam budidaya ikan, karena hanya dengan pakan yang baik ikan dapat tumbuh dan berkembang sesuai dengan yang kita inginkan. Kualitas pakan yang baik adalah pakan yang mempunyai gizi yang seimbang baik protein, karbohidrat maupun lemak serta vitamin dan mineral. Karena ikan bawal bersifat omnivora maka makanan yang diberikan bisa berupa daun-daunan maupun berupa pelet. Pakan diberikan 3-5 % berat badan (perkiraan jumlah total berat ikan yang dipelihara). Pemberian pakan dapat ditebar secara langsung.
Setiap ikan mempunyai kebiasan makan yang berbeda. Ada tiga golongan ikan berdasarkan kebiasaan makan yaitu ikan biasanya makan di dasar perairan, di tengah dan di permukaan. Apa bila dilihat dari jenisnya ikan, ikan digolongkan dalam tia golongan pula, yaitu herbipora (pemakan tumbuhan), karnipora (pemakan hewan/ daging), dan omnivora (pemakan tumbuhan dan daging).
Hasil penelitian menunjukan, bahwa bawal tergolong omnivora. Miskipun tergolng omnivora, ternata pada masa kecilnya (larva), bawal lebih bersipat karnivora. Jenis hewan yang paling disukai adalah Crustecea, Cladocera, Copepoda, dan Ostracoda.
Sebagai pakan utama pada pemeliharaan ikan dalam karamba jaring apung (KJA), yaitu pakan utama yang berbentuk pellet baik yang dibuat oleh pabrik maupaun dibuat sendiri. Pakan yang baik sangat berpengaruh sekali pada pertumbuhan ikan yang dipelihara dan apabila menggunakan pakan berupa pellet maka perlu diperhatikan ciri-ciri pakan ikan yaitu :
1. Mengandung gizi yang cukup dan seimbang
2. Kondisi pakan kering dan tidak berjamur
3. Memiliki aroma yang baik
4. Ukuran pakan seragam
5. Tidak berdebu
Di dalam hal pemberian pakan juga ada perlu diperhatikan karena dalam pemberian pakan tidak boleh sembarangan apabila terjadi akan mengakibatkan ikan mengalami terhambatnya pertumbuhan ikan tersebut . Menurut Khairuman (2002), pakan yang digunakan berupa pellet yang di berikan 3-4 kali dalam satu hari, dimulai dari pagi hari anatara jam 07.00—08.00, siang hari13.00—14.00, sore antara jam 18.00—19.00 dan malam harinya antara jam 22.00—23.00. Yang perlu diperhatikan dalam pemberian pakan adalah sebagai berikut :
1. Pakan harus ditebarkan secara merata keseluruhan diatas permukaan karamba
2. Frekuensi pemberian pakan berkisar 2—3 kali sehari sehingga pakan tidak menumpuk satu waktu.
3. Jumlah pakan yang di berikan sesuai dengan berat biomassa ikan yang ada, kesesuaian jumlah pakan diperoleh dari 3% sampai 5% di kalikan total biomassa ikan . Untuk mendapatkan biomassa ikan yang di pelihara maka sebaiknya setiap 2 minggu di lakukan sampling dari awal pemeliharan, sampling dilakukan dengan cara menimbang beberapa ekor ikan sehingga didapat hasil berat rata-ratanya. Dengan mengetahui berat perekor maka dapat diperkirakan jumlah boimasa total untuk menentukan jumlah pakan harianya.


G. Pertumbuhan
Pertumbuhan adalah pertambahan ukuran, baik panjang maupun berat. Pertumbuhan dipengaruhi faktor genetik, hormon dan lingkungan. Miskipun secara umum, faktor lingkungan yang memegang peranan sangat penting adalah zat hara dan suhu lingkungan, namun didaerah tropis zat hara lebih penting dibandingkan suhu lingkungan. Zat hara meliputi makanan, air dan oksigen menyediakan bahan mentah bagi pertumbuhan, gen mengatur pengolahan bahan tersebut dan hormon mempercepat pengolahan serta merangsang gen.(fujaya, 2004)
Pertumbuhan ikan dimulai dari pemeliharaan bibit dari hasil pendederan. Padat tebarnya 25—50 ekor/m2. (ukuran 4 inci atau 25 g) sampai mencapai kosumsi atau sampai calon induk. Masa pembesaran yaitu berkisar 4—5 bulan atau tergantung dari kebutuhan pasar. Setelah masa tersebut, ikan bawal biasanya sudah mencapai ukuran kosumsi, yaitu 400—500 g/ekor. (Usni Arie, 2000)
H. Tingkat Kelangsungan Hidup
Kelangsungan hidup ikan bawal (Colossoma macropomum Cuvier) dapat mencapai 90%. Persentase tersebut lebih tinggi bila dibandingkan ikan nila dan ikan mas yang kelangsungan hidupnya paling tinggi 80%. Selain itu ikan bawal dapat ditebar dalam kepadatan tinggi. (Usni Arie, 2000).












BAB III
METODOLOGI


A. Objek Praktek Kerja Lapangan (PKL)
Objek praktek kerja lapangan (PKL) II ini adalah ’’Teknik Pembesaran Ikan Bawal Air Tawar (Colossoma macropomum cuvier) Dikaramba Jaring Apung (KJA)’’ sasaran urama Praktek kerja lapangan (PKL) ini ditekankan pada aspek teknis, sedangkan aspek sosial danapek ekonomi akan dibahas secara umum.

B. Metode Pengambilan Data
Metode yang digunakan dalam pengambilan data adalah metode deskriptif, observasi dan partisipasi aktif. Metode deduktif adalah pegumpulan data dengan mengadakan pengamatan terhadap suatu keadaan juga menentukan frekuensi terjadinya suatu peristiwa tersebut disertai atau tidak disertaidengan hipotesis. Data yang diambil terbagi dua, yaitu pengambilan data sekunder dan data primer. Berikut ini akan diuraikan tentang metode pengambilan data primer dan data sekunder.
1. Data Primer
primer adalah data yang deperoleh langsung dari dari sumber, diamati dan dicatat untuk pertama kalinya (Marzuki,2000:55). Data primer disini merupakan hasil interview, observasi dan partisipasi aktif. Adapun data primer yang dikumpulkan dalam kegiatan ini meliputi :
a. Persiapan alat dan bahan
b. Pemilihan dan penebaran benih
c. Kualitas pakan dan cara pemberian.
d. Pertumbuhan.
e. Tingkat kelangsungan hidup.
2. Data Sekunder
Menurut marzuki dalam bukunya metodologi riset, data sekunder adalah yang bukan diusahakan sendiri pengumpulannya oleh peneliti, sehingga data sekunder telah melewati satu atau lebih pihak yang bukan peneliti. Data sekunder tersebut diperoleh dari studi pustaka terhadap beberapa buku.

pkl I

PENGENALAN DAN POTENSI USAHA BUDIDAYA PERIKANAN DI UNIT KERAMBA JARING APUNG (KJA) DI SUNGAI KAPUAS PARIT MAYOR

LAPORAN

PRAKTEK KERJA LAPANGAN I

OLEH :

S I P N A NIM 3200808023

IDA FITRIANI NIM 3200808011

M. IKSAN IRFAN NIM 3200808045

ABDUL HADI RP NIM 3200808029

PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERIKANAN

JURUSAN ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN

POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK

2009

DAPTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang....................................................................................... 1

2. Tujuan ................................................................................................... 2

3. Manpaat................................................................................................. 2

4. Tempat dan Waktu................................................................................. 3

BAB II PENGENALAN DAN POTENSI USAHA BUDIDAYA................... 4

  1. Sejarah Berdirinya Usaha ....................................................................... 4
  2. Peran dan Fungsi.................................................................................... 5
  3. Struktur Organisasi................................................................................. 5
  4. Sarana dan Prasarana............................................................................. 5
  5. Komuditas Yang Dibudidayakan............................................................. 6
  6. Komuditas Yang Diunggulkan................................................................. 6

6.1. Klasifikasi Ikan Mas (Cyprinus Carpio)....................................... 7

6.2. Marpologi Ikan Mas (Cyprinus Carpio)....................................... 7

6.3. Siklus Hidup Ikan Mas (Cyprinus Carpio)................................... 8

6.4. Alur proses Budidaya Ikan Mas (Cyprinus Carpio)..................... 9

a. Persiapan bibit.............................................................................. 9

b. Pemberian pakan ......................................................................... 10

c. kualitas air ................................................................................... 11

d. Pengendalian Hama dan Penyakit.................................................. 12

1) Jenis-jenis hama........................................................................ 12

2) Penyakit non parasit.................................................................. 13

3) penyakit parasiter...................................................................... 14

6.5. Keungulan Dalam Segi Teknis Dan Potensi Pasarnya..................... 17

7. analisa usaha............................................................................................. 17

BAB III PENUTUP.......................................................................................... 18

3.1. Kesimpulan........................................................................................... 18

3.2. Saran.................................................................................................... 18

DAPTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

LAPORAN PERAKTEK KERJA LAPANGAN I

Judul : Pengenalan Dan Potensi Usaha Budidaya Perikanan Di Unit

Keramba Jaring Apung Di Sungai Kapuas Parit Mayor.

Nama : S I P N A NIM 3200808023

IDA FITRIANI NIM 32008080...

M. IKSAN IRFAN NIM 3200808045

ABDUL HADI RP NIM 3200808029

Program Ttudi : Budidaya Perikanan

Menyetujui

Pembimbing

Ritwan Salim, S.Pi

NIP. 132 305 201

Mengetahui :

Ketua program studi Koordinator PKL I

Budidaya Perikanan

Susilawati, S.Pi Romi Susanti, S.Pi

NIP. 132 301 336 NIP. 132 304 708

Ketua Jurusan

Ilmu Kelautan dan Perikanan

Budiman, S.pi

NIP.132 301 336

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa kerena atas berkat dan karunianya-Nya, sehinga kami dapat menelesaikan laporan praktek kerja lapangan I ini, yang berjudul Pengenalan Dan Potensi Usaha Budidaya Perikanan Di Unit Keramba Jaring Apung Di Sungai Kapuas Parit Mayor”. Yang kami lakukan pada tanggal 22 Mai 2009.

Dalam kesampatan ini penulis berterima kasih kepada pihak yang telah membimbing dan memberi masukan dalam penusunan laporan ini baik berada dilapangan maupun pada saat penusunan laporan. Penulis mengucapkan terima kasih kepada :

  1. Bapak Budiman, S.Pi, Selaku Ketua Jurusan Ilmu Kelautan dan Perikanan Politeknik Negeri Pontianak.
  2. Ibu Susilawati, S.Pi, Selaku Program Studi Budidaya Perikanan
  3. Ibu Romi Susanti, S.Pi, Selaku Ketua Koordinator PKL I
  4. Bapak M. Idam Shilman, S.Pi, Selakun Coordinator PKL I
  5. Bapak Jai Dan Kawan-Kawan Selaku Pemik Keramba Jarring Apung.

Penulis berharap semoga laporan ini bermanpaat bagi semua pihak yang membutuhkan, penulisn menyadari bawa dalam penusunan laporan ini masih jauh dari kesempurnaan, maka dari itu penulis mengharapkan keritik dan sarannya yang bersipat membangun.

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar belakang

Kalimantan barat merupakan daerah yang mempunai sungai yang sangat panjang yang merupakan potensi yang sangat besar bagi sumerdaya perikanan. Namun potensi ini juga memiliki tantangan yang amat besar dalam pengelolaannya, khususnya untuk memperoleh manpat ekonomi yang sangat optimal, dengan adanya perkembangan dalam ilmu dan teknologi dalam dunia perikanan bisa meninkatkan penghasilan masarakat, dan bisa memenuhi kebutuhan masarakat akan protein dan gizi.

Budidaya perikanan air tawar saat ini sangat banyak digemari masarakat kalimantan barat pada umumnya dan kota Pontianak khususnya, ini terbukti makin bertambah banyaknya orang yang melakukan kegiatan perikanan baik pembesaran maupun pembibitan. Ini merupakan suatu bukti bahwa dudidaya perikanan air tawar sangat diminati orang Kalimantan barat.

Sungai kapuas sangat panjang dan lebar jadi alternatip yang digunakan untuk kegiatan perikanan adalah dengan sistim Keramba Jaring Apung (KJA). Mengingat Kota Pontianak dialiri oleh sungai kapuas sangat baik bila sungai kapuas bisa dimanpaatkan untuk kegiatan budidaya ikan dan bisa meninkatkan kesejahteraan masarakat yang tingal di sekitar sungai kapuas, Pemeliharaan ikan yang dilakukan masarakat yaitu sistim keramba jaring apung (KJA). Kegiatan pemeliharaan ikan yang dilakukan masarakat ada yang dilakukan secara indipidu dan ada yang melakukan secara berkelompok. Jenis ikan yang biasanya dibudidaya adalah jenis ikan mas, nila, bawal, lele dll.

Menurut beberapa penusaha dan petani yang sempat kami hubungi, budidaya di Keramba Jaring Apung memang sangat menguntungkan. Namun untuk meraihnya. kita tidak boleh hantam kromo. Dengan kata lain, untuk meraih keuntungan, sebelumnya ada beberapa aturan khusus harus terpenuhi. Pemanpaatan sungai kapuas menyangkut kepentingan masarakat luas. Kita dituntut agar fungsi utama perairan, kelestarian sumber daya hayati, dan ekosistim perairan harus kita pertahankan. Jadi kita harus bertanggung jawab untuk memelihara lingkungan hidup.

Jenis ikan yang paling diungulkan oleh masarakat kalimantan barat adalah ikan mas, hal ini kerena sifat ungul ikan mas (cyprinus cappio) yang dimaksut adalah sifat-sifat menonjol yang dikehendaki oleh pemelihara ikan mas (cyprinus cappio) dengan pendekatan sifat yang dikehendaki konsumen. sifat ungul ikan mas (cyprinus cappio) ini adalah terutama sifat-sifat yang dapat memberikan produktivitas optimal, misalnya cepat pertumuhannya, tahan terhadap penyakit atau parasit dan lingungan yang miniml.

Habitat atau kebiasaan ikan mas di alam adalah selalu mencari tempat aman agar terutama di tempat yang di tumbuhi rumput, kerena sifat telur ikan mas menempel (adhesif). Oleh sebap itu para petani ikan di jerman sebelum melakukan pemijahan terlebih dahulu mencari tanaman air atau rumput untuk di tanam di dasar kolam.

Untuk mendukung akan keberhasilan budidaya atau pemeliharaan selain dari benih yang baik, makanan dari pakan alami juga merupakan paktor yang juga sangat berpengaruh untuk pertumbuhan ikan maka pakan atau makanan yang diberikan harus mengandung protein yang tinggi.

2. Tujuan

Tujuan dari praktek kerja lapangan (PKL ) I ini adalah untuk mengetahui kegiatan usaha budidaya dalam keramba jaring apung (KJA) di perairan umum dalam hal ini perairan yang dimaksut adalah sungai kapuas dimana sungai kapuas kapuas selain sebagai teransportasi juga dapat dijadikan tempat budidaya ikan air tawar, yang bisa meningatkan pendapatan dan kesejahteraan di sekitarnya.

3. Manpaat

Manpaat yang didapat dalam Peratek Kerja Lapangan (PKL) I adalah sebagai berikut :

  1. Dapat mengetahui potensi didalam dunia perikanan yang ada di pontianak.
  2. Dapat mengetahui jenis-jenis ikan yang didudidayakan dan ikan yang diungulkan.
  3. Dapat menambah wasasan

4. Tempat dan waktu

Tempat dilakukan Praktek Kerja Lapangan (PKL ) I adalah di keramba jaring apung (KJA) parit mayor, yaitu pada tanggal 22 Mai 2009.

BAB II

PENGENALAN DAN POTENSI USAHA BUDIDAYA PERIKANAN DI UNIT BUDIDAYA KERAMBA JARING APUNG PARIT MAYOR

1. Sejarah Berdirinya Usaha Keramba Jarring Apung

Usaha Keramba Jaring Apung (KJA) ini bermula dari kesadaran dan sekalius menyalurkan hobi yang memreka miliki, usaha ini dilakukan pada tahun 1998 yang modal-modalnya mereka keluarkan sendiri-sendiri. Usaha Keramba Jaring Apung (KJA) yang dimiliki Pak Jai atau dipanggil pak Jang, pak Pak Mawardi dan Pak Pahi. Walaupun mereka berkerja sama namun sistim kerja mereka bersifat indipidu, misalnya pak jai menerjakan dan merawat kerambanya sendiri dan bapak yang lain begitu juga. Usaha Keramba Jaring Apung (KJA) milik pak jai ini mulanya hanya 2 (dua) petak namun sekarang pak Jai udah memiliki 7 (tujuh) petak.

Pada awal pak jai membuka (membuat ) banyak orang yang mengejeknya dan berkata pekerjaanya sia-sias aja, namun pak Jai tidak menghiraukanya perkataan mereka pak jai tetap berkerja dengan tekun dan ulet, walaupun pak jai bukan seorang lulusan perikanan namun ia selalu belajar dan memperhataikan pak Mawardi yang lulusan sekolah tinggi perikanan. Ikan yang dibudidayakan Keramba Jaring Apung (KJA) ini adalah ikan mas koi ,mas kumpai, nila gesit, bawal dan lain-lain. Peroduk ikan yang diungulkan di Keramba Jaring Apung (KJA) ini adalah nila dan mas. Hal ini kerena ikan mas dan ikan nila panennya lebeh cepat. Dan yang paling di ungulkan adalah ikan mas.

Disungai kapuas ini airnya termasuk bagus untuk kegiatan budidaya ikan mas terutama pembesaran namun pada musim hujan air disungai kapuas ini curang baik ini kerena banyaknya masarakat yang melakukan penambangan yang menyebabkan menurunya kualitas air, dan penebab lain menurunya kualitas air di sungai kapuas adalah limbah paberik, limbah rumah tangga yang tidak bisa diurai atau sulit untuk diurai (memakan waktu yang lama).

2. Peran dan Fungsi

Peran dan fungsi keramba jaring apung (KJA) ini adalah sebagai tempat kegiatan budidaya khususnya pembesaran ikan, keramba jaring apung (KJA) ini juga bisa dijadikan tempat untuk melakukan PKL dan KPA. Selain itu keramba jaring apung ini bisa membantu untuk memenuhi permintaan ikan di pasar.

3. Stuktur organisasi

Dalam melakukan usaha budadaya ikan di Keramba Jaring Apung (KJA) ini yang dikelola oleh pak Jai dan temannya mereka saling mempercayai. Dan mereka telah memiliki izin unuk melakukan usaha ini. Yang berlaku sebagai ketua adalah pak Mawardi dan ia juaga sebagai dosen Universitas Muhamadiah Pontianak.

KETUA

PAK MAWADI



SKETARIS

PAK JAI

BENDAHARA

PAK PAHMI


Struktur organisasi

4. Sarana dan prasarana

Dalam usaha pembesaran ikan mas di keramba jaring apung. Sarana dan perasarana yang dibutuhkan. Sarana dan prasarana sangat menentukan keberhasilan dalam usahanya tersebut.

Adapun sarana dan prasarana yang digunakan dalam pembesaran ikan mas di keramba jaring apung adalah meliputi:

a. Sarana

1) Keramba jaring Apung

Gambar 1.1 keramba jaring apung

Adapun bahan yang digunakan dalam pembuatan keramba jaring apung adalah : Waring, Kayu, dan Papan, Derum pelastik, Baut, mor , paku, pemberat dan jangkar.

2) Bibit dan

3) Pakan .

  1. Prasarana

prasana budidaya yang terdapat di keramba Jaring apung terdiri dari

1) Rumah jaga

Rumah jaga yang terdapat di lokasi budidaya jaring apung memiliki ukuran 4X4 meter yang digunakan untuk manitoring tempat tersebut dan sebagai tempat istirahat setelah selesai memberi pakan ikan.

5. Komoditas Yang Dibudidayakan

Komuditas yang di budidayakan Keramba Jaring Apung (KJA) ini adalah :

1) Ikan mas (Cyprinus carpio)

2) Ikan nila (Tilapia nilotica)

3) Bawal (Calosoma macropomum)

6. Komoditas Yang Di Unggulkan

Di antara jenis ikan air tawar, ikan mas (Cyprinus carpio) merupakan ikan yang paling poupler di masarakat. Memilihara ikan mas (Cyprinus carpio) mengunakan sistim Keramba Jaring Apung (KJA) merupakan sisem yang baik hal ini kerena bisa mempercepat pertumbuhanya bila dibandingkan dengan di kolam sistim lain. Pertumbuhan ikan mas di Keramba Jaring Apung (KJA) hanya membutuhkan waktu 3-4 bulan. Selain itu ikan mas (Cyprinus carpio) bayak diminati oleh masarakat. Selain harganya bisa terjangkau daginnya enak dan mempunyai protein yang cukup tinggi, kata bapak pemilik Keramba Jaring Apung (KJA) itu.

6.1. Klasifikasi Ikan Mas (Cyprinus Carpio)

Ikan mas (Cyprinus carpio) yang adadi indonesia khususnya di kalimantan barat di bagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok ikan mas untu kosumsi dan kelompok ikan mas untuk hiasan. Ikan mas (Cyprinus carpio) ilmu taksonomi hewan, Ikan mas (Cyprinus carpio) di klasifikasikan sebagai berikut.

Filum : Chordata

Anak filum : Verteberata

Induk kelas : Pisces

Kelas : Osteichthyes

Anak kelas : Actinopterygii

Bangsa : Cypriniformas

Anak bangsa : Cyprinoidei

Suku : Cyprinidae

Marga : Cyprinus

Jenis : Cyprinus carpio.

Gambar 1.2 ikan mas

6.2. Marpologi Ikan Mas (Cyprinus Carpio)

Bentuk tubuh ikan mas (Cyprinus carpio) agak memanjang dan memipih tegak (koppreesed). Mulut terletak di ujung tengah (terminal) dan dapat disumbulkan (protakil). Bagian antarior mulut terdapat 2 (dua) pasang sungut. Secara umum hampir seluruh tubuh ikan mas (Cyprinus carpio) ditutupi oleh sisik. Sisik ikan mas berukuran relatip besar dan digolongkan kedalam sisik tife sikloit. Selain itu, tubuh ikan mas juga dilengkapi dengan sirip. Sirip punggung (dorsal) berukuran relatif panjang dengan bagian belakang berjari-jari keras dan sirip terakhir, yaitu sirip ketiga dan keempat, bergerigi. Letak permukan sirip pungung berseberangan dengan sirip perut (venteral). Sirip dubur (anal) yang terakhir bergerigi. Linea lateralis (gurat sisi) terletak dipertengahan tubuh, melintang dari tutup insang sampai keujung belakang pangkal ekor. Pharynreal teeth (gigi kerongkongan) terdiri dari 3 daris yang berbentuk gigi geraham.

6.3. Siklus Hidup Ikan Mas (Cyprinus Carpio)

Ikan mas (Cyprinus carpio) berasal dari sunai Danube dan laut hitam, pada saat itu ikan mas masih bersifat liar. Kerena sifat ikan mas yang tahan terhadap lingkungtan baru maka dengan cepat ikan mas tersebar keseluruh penjuru duna. Siklus reproduksi Ikan mas (Cyprinus carpio) dimulai dari dalam gonad, yakni ovarium pada ikan betina dan testis padaikan jantan. Dari ovarium akan dihasilkan telur dan dari testis akan menghasilkan spermatozoa.

Pemijahan pada Ikan mas (Cyprinus carpio) dapat terjadi sepanjang tahun dan tidak tergantung pada musim. Secara alami pemijahan terjadi tengah malam sampai fajar. Menjelang Ikan mas (Cyprinus carpio) memijah induk-induk ikan mas bersifat agresif. Di alam telah menjadi kebiasaan sebelum memijah ikan mas mencari tempat rimbun dengan tanaman air atau rumput-rumput yang menutupi permukaan air. Supstrat-suptrat dapat meransang pemijahan dan digunakan untuk meletakan telur-telurnya. sifat telur ikan mas adalah melekat pada substrat. Telur ikan mas berbentuk bulat, bening, dan ukuranya berpariasi menurut umur dan bobot-bobot induk. Diameter telur ikam mas tersebut adalah 1,5-1,8 mm dengan bobot antara 0,17-0,20 mg.

Embiro akan tumbuh dalam telur yang telah dibuaahi oleh sepermatozoa antara 2-3 hari kemudian, telur-telur tersebut akan menetas dan tumbuh menjadi larva. Larva ikan mas mempunai kantong kuning telur yang relatif besar dan berpungsi sabagai makanan. Kantong kuning telur pada larva tersebut akan habis setelah 2-3 hari. Larva ikan mas biasanya menempel dan bergerak partikal. Ciri marpologinya adalah berukuran panjang antara 0,5-0,6 mm dan bobotnya antara 0,18-0,20 mg

Larva kemudian berubah menjadi benih (kebul) yang memerlukan makanan dari luar untuk kehidupannya pakan alami kebul terutama zopelanton. Jumlah pakan alami kebul tiap hari adalah sebanyak 60%-70% dari bobot badanya.

Setelah tumbuh 2-3 minggu, kebul tumbuh menjadi berayak. Berayak ini berukuran panjang antara1-3 cm dan berbobot antara 0,1-0,5 g. 2-3 minggu kemudian berayak berubah menjadi putihan. Putihan ini berukuran panjang 3-5 cm dan bobotnya antara 0,5-2,5 g. Putih secara alami tumbuh terus dan setelah 3 bulan menjadi gelondongan dengan bobot mencapai lebih dari 100g setiap ekor. Gelondongan tumbuh terus kemudian kenjadi induk ikan. Setelah enam bulan, ikan jantan dapat mencapai 0,5 kg . Bobot 1,5 kg dapat dicapai oleh seekor ikan betina setelah mencapai umur 15 bulan. Inbuk-induk ikan mas tersebut mempunyai kebiasan mengaduk aduk dasar perairan untuk mencari makannan.

6.4. Alur proses pembesaran Ikan Mas (Cyprinus Carpio)

Budidaya adalah usaha memungut hasil yang optimal, tetap, dan kontiniu. Dalam hal ini manusia dapat mengatur kondisi ikan yang dipelihara, lingkungan tempat hidup sehingga tujuanya lebih optimal. Jadi untuk memungut hasil yang optimal kita harus memperhatikan alur peruses budidayanya. Alur peruses pembesaran adalah proses dimana dimulai dari pemilihan persiapan bibit, pemberian pakan, laju pertumbuhan, kualitas air, hama dan penyakit.

a. Persiapan bibit

Asal bibit, Bibit yang dipelihara dikeramba jaring apung milik pak Jai ini berasal dari berasal dari Jawa yang ia peroleh dari bapak Mawardi yang selalu memesan bibit dari Jawa dideli dengan harga Rp 1000/ ekor, biasanya ia memesan sekitar 800 ekor tiap bulannya.

Persiapan bibit merupakan langkah awal untuk menentukan keberhasilan dalam kegiatan pembesaran ikan mas. Ada beberapa hal yang harus kita perhatikan dalam pemilihan bibit ikan yang dipelihara selain harga yang murah benih tersebut harus memenuhi beberapa persaratan diantaranya ialah :

ü Sehat, bibit yang sehat akan memiliki respon yang baik terhadap rangsangan, dan tidak ditemukan luka atau parassit yang menempel pada tubuh bibit ikan tersebut.

ü Gerakan lingah, bibit yang baik cenrung lincah dalam pergerakan, sebaiknya bibit yang lemah dan kurang aktif cenrung benih yang tidak baik.

ü Organ tubuh lengkap dan proporsional, bahwa benih yang dipilih tidak mengalami cacat fisik mulai dari keepala sampai ekor.

ü Ukuran seragam, ukuran bibit ikan yang akan dipelihara harus seragam atau mendekati seragam, dengan demikian diharapkan pertumbuhannya diharapkan tetap sama atau seragam sampai akhir pemeliharaan.

Ukuran-ukuran penebaran bibit ikan pada usaha keramba jaring apung, sangat berpariasi, dari ukuran terkecil sekitar 3 cm sampai dengan ukuran 20 cm. penebaran benih ikan untuk sekarang ini yang dilakukan diperairan umum seperti sungai Kapuas adalah ukuran 8 cm sampai ukuran 12 cm dimana penebaran seperti ukuran sedang didaam pemeliharaan menunjukan pertumbuhan yang lebih baik dan cepat dari pada benih ukuran 3 cm sampai 5 cm dimana pertumbuhan dapat dikatakan lambat.

b. Pemberian pakan

Dalam pemeliharaan ikan dalam karamba jaring apung ini kualitas makanan yang baik akan meningkatkan pertumbuhan ikan secara singkat , Effendie(1985). Yang menyangkut kualitas adalah pakan tersebut harus dapat mengandung nilai nutrisi seperti protein,karbonhidrat,vitamin ,mineral darn kadar air.

Sebagai pakan utama pada pemeliharaan ikan dalam karamba jaring apung (KJA), yaitu pakan utama yang berbentuk pellet baik yang dibuat oleh pabrik maupaun dibuat sendiri. Pakan yang baik sangat berpengaruh sekali pada pertumbuhan ikan yang dipelihara dan apabila menggunakan pakan berupa pellet maka perlu diperhatikan cirri-ciri pakan untuk di konsumsi oleh ikan yaitu;

ü Mengandung gizi yang cukup dan seimbang

ü Kondisi pakan kering dan tidak berjamur

ü Memiliki aroma yang baik

ü Ukuran pakan seragam

ü Tidak berdebu

Di dalam hal pemberian pakan juga ada perlu diperhatikan karena dalam pemberian pakan tidak boleh sembarangan apabila terjadi akan mengakibatkan ikan mengalami terhambatnya pertumbuhan ikan tersebut . Menurut Khairuman (2002), pakan yang digunakan berupa pellet yang di berikan 3-4 kali dalam satu hari, dimulai dari pagi hari anatara jam 07.00-08.00, siang hari13.00-14.00,sore antara jam 18.00-19.00 dan malam harinya antara jam 22.00-23.00. Yang perlu diperhatikan dalam pemberian pakan adalah sebagai berikut :

ü Pakan harus ditebarkan secara merata keseluruhan diatas permukaan karamba

ü Frekuensi pemberian pakan berkisar 2-3 kali sehari sehingga pakan tidak menumpuk satu waktu.

ü Jumlah pakan yang di berikan sesuai dengan berat biomassa ikan yang ada, kesesuaian jumlah pakan diperoleh dari 3% sampai 5% di kalikan total biomassa ikan . Untuk mendapatkan biomassa ikan yang di pelihara maka sebaiknya setiap 2 minggu di lakukan sampling dari awal pemeliharan, sampling dilakukan dengan cara menimbang beberapa ekor ikan sehingga didapat hasil berat rata-ratanya. Dengan mengetahui berat perekor maka dapat diperkirakan jumlah boimassa total untuk menentukan jumlah pakan harianya.

Gambar 1.3 ikan ketika dikasih pakan

c. Kualitas Perairan

Kualitas air dari suatu perairan sangatlah berpengaruh bagi perkembangan ikan menurut Huet (1975) dan Boyd (1976), bahwa air yang baik adalah air yang mampu menunjang kehidupan ikan dengan baik. Adapun aspek-aspek yang mempengaruhi ialah suhu, oksigen terlarut , derajat keasaman (pH), karbondioksida, dan amoniak.

Suhu air untuk ikan yang berada di daerah tropis biasanya berkisar antara 25-30. Dari beberapa pengamatan yang dilakukan suhu air di sungai Kapuas berkisar antara 27-29. Menurut Cholik et al (1986), bahwa ikan-ikan tropis dapat tumbuh dengan baik pada suhu air yang berkisar antara 20-35.

Oksigen memegang peranan penting dalam kehidupan mahkluk hidup begitu juga dengan oksigen terlarut sangat penting bagi kehidupan biota perairan yang salah satunya adalah ikan. Oksigen terlarut yang paling ideal adalah 5-6 ppm. Apabila kandungan oksigen terlarut tidak sampai berarti perlu adanya penanganan khusus, Heru Susanto (1987). Penanganan khusus dapat berupa kincir air sehingga udara yang ada dapat di distribusikan di perairan tersebut.

Pada umumnya pH yang cocok didalam budidaya ikan berkisar antara 6,7-8,6. Heru Susanto (1987). Supaya ikan yang di tebar dapat tumbuh dengan baik pH sebaiknya tidak mengalami fluktasi tinggi dan mendadak (Soeseno,1977). Untuk sungai Kapuas di temukan pH berkisar dari 6-7, Helmi(1999).

Walaupun karbondioksida secara tidak langsung dibutuhkan oleh ikan, namun karbondioksida di perlukan untuk proses fotosintesis oleh tumbuhan yang ada perairan umum seperti sungai. Karbondioksida di hasilkan dari hasil buangan ikan dan biota lainnya, dimana kandungan karbondioksida maksimum dalam air yang masih dianggap tidak membahayakan ikan sekitar 25 ppm. Heru Susanto(1987).

d. Pengendalian Hama dan Penyakit

Dalam budidaya ikan, suatu hal yang rawan dan tidak diharapkan kehadirannya adalah hama dan penyakit. dalam dunia perikanan yang dimaksut hama adalah predator, yakni hewan yang merugikan.

Hingga saat ini memang belum pernah terdengar kabar tentang usaha budidaya ikan dalam keramba jaring apung terhenti dan gulung tikar gara-gara serangan hama penyakit. Miskipun demikian, kita harus tetap waspada.

1) Jenis-jenis hama

Adapun beberapa jenis hama yang menyerang ikan budidaya jaring apung diantaranya adalah Lingsang, kura-kura, biawak, ular air, dan burung. Biasanya jenis hama ini, sebelium memangsa ikan, terlebih dahulu menembus wadah budidaya. Untuk mengatasi hama ini kita dapat melakukan dengan beberapa cara. Pertama kita bisa memberi jaring pengaman agar hama tersebut sulit untuk masuk.

Jenis hama lainnya yang cukub berbahaya adalah manusia, dengan akal dan pikirannya, hama yang satu ini bisa menghancurkan usaha kita, untuk mengatasinya, jalan terbaik adalah selalu mengadakan siskamling, baik siang maupun malam. Dan membina hubungan baik dengan tokoh dan warga masarakat dilokasi tempat usaha.

2) Penyakit non parasit

Adapun penyakit yang menyerang pada ikan adalah sebagai berikut :

a. Umbulan atau pembalikan lapisan air

ü Gejala

Ikan seperti kekurangan oksigen. Ia berenang kepermukaan sambil mengap-mengap. Gerak getiknya gelisah, dan main tabrak aja.

ü Penyebab

Biasanya pada saat musim hujan diperairan umum, terjadi perubahan suhu secara mendadak. Suhu dibagian atas menurun akidat turun air hujan.

ü Pengendalian

Untuk mencegah akibat umbulan ini kita dapat melakukanya dengan cara menepatkan unit budidaya pada aliran air, tidak memberi pakan secara berlebihan, mengurang kepadatan ikan.

b. Kekurangan oksigen

ü Gejala

Gejala mirip gejala umbulan, namun terjadi dimalam hari.

ü Penebab

Penyabap kekurangan oksigen ini biasanya diakibatkan oleh perairan yang terlalu subur (eutrofik) atau terjadi blooming satu jenis pelanton yang tidak diharapkan, seperti microcystis. Kerena tidak dapat dimanpaatkan sebagai makannan ikan. Dengan adanya blooming jenis pelanton ini, tentu saja akan mengakibatkan adanya persaingan pengunaan oksigen yang terlarut antara ikan budidaya dengan pelanton. Persaingan seperti itu tentu tidak diharapkan, terlebih lagi di malam hari.

ü Pengendalian

Untuk mencegah keadan itu pemilihan lokasi merupakan hal yang penting. Sedangkan untuk menagulangannya, dapat dilakukan sama seperti penagan yang terjadi pada umbulan.

  1. Keracunan

ü Gejala

Ikan tampak teler, berenang tampa keseimbangan tubuh. Bahkan ia melayang tanpa mau bergerak untuk berenang, tanpak lesu.

ü Penyebab

Keracunan ini bioasanya disebapkan oleh beberapa macam faktor. Boleh jadi akibat dari pemberian pakan yang sudah kadarwarsa, berjamur, atau berkuman membahayakan. Selain itu keracunan bisa disebapkan oleh pencemaran lingkungan, baik pencemaran fisik maupun kimia. Pencemaran fisik dapat terjadi kerena lumpur, sampah, atau benda mati lainnya. Sedangkan pencemaran kimia dapat berasal dari limbah industeri, limbah pemukiman, limbah kota, maupun limbah pertanian serti pestisida dan akibat penambangan yang mengunakan zat kimia serti logam berat.

ü Pengendalian

Bila keracunan masih dalam tahap dini, ikan-kan budidaya tengah teler biasanya masih bisa ditolong. Caranya ialah mengangkat ikan yang sakit dan menempatkan segera mungkin kedakam wadah berisi air dersih.

3) penyakit parasiter

adapun penyakir perasiter yang harus diwaspadai adalah sebagai berikut :

a) kutu ikan

ü gejala

Bobot tubuh ikan menurun. Tampak luka-luka berdarah di tubuhnya. Luka-luka tersebut dapat menjadi parah.

ü Penyebab

Penyakit ini disebapkan oleh jenis parasit yang termasuk udang rentik

(crustaceae).

ü Pengendalian

Pengendalian penyakit ini dapat dilakukan dengan cara ikan sakit dilulurkan bedak talk, kemudian diusap dengan tangan, biasanya kutu ikan akan rontok kerena tidak tahan panas dan kering. Setelah diusap ikan dilepas kedalam tempat asalnya. Jika ikan yang terserang penakit ini dalam jumlah banyak tentu tidak efisien, untuk itu kita dapat memanpaatkan kalium permanganat (KmnO4). Caranya mencelupkan ikan yang sakit dalam larutan 1 gr KmnO4 dalam 10 liter air bersih. Pencucian dilakukan selama 10 menit.

b) Jamur

ü Gejala

Ikan tampak kurus dan bobot badannya cenrung menurun. Bila tak segera diobati, ikan akan segera mati. Bagian tubuh yang diserang akan tampak bulu-buluhalus seperti kapas berwarna putih hingga kecoklatan.

ü Penyebab

Penyebabnya adalah jamur achlya sp. dan saprolagnia sp. Ukuran kedua jenis jamur ini sangat kecil sehingga sulit dibedakan dengan mata telanjang. Nammun, kehadirannya mudah dikenal kerena sifat serangannya selalu bergelombol. Penyakit ini sering menyerang ikan yang luka. Menurut para ahli perikanan, kedua jenis jamur ini sangat cosmopolit. Mereka dapat dijumpai di semua jenis ikan di perairan tawar.

ü Pengendalian

Untuk mengobati ikan yang sakit, kita dapat menggunakan malachytgreen 0,2 % (2 gr malchytgreen dalam 1 liter air bersih) yang sudah dibuat sebelumnya. Ikan yang dimasukkan dalam wadah pengobatan berisi campuran 1 liter air bersih dan 1 mil malachytgreen 0,2 %. Lama pengobatan setiap hari sekitar 0,5 – 1 jam. Pengobatan ini dapat dilakukan selama 2 – 3 hari berturut-turut.

c)Larnea

ü Gejala

tubuh ikan seperti ada cacing yang bergelantungan. Berat badan ikan semakin menurun.

ü Penyebab

Penyebabnya adalah sejenis parasit larnea sp. Dari ordo Copepoda. Ia sering disebut cacing jangkar karena bentuk kepalanya seperti jangkar yang biasanya digunakan sebagai alat penusuk. Dengan alat ini, kepalanya bisa masuk ke dalam tubuh ikan.

Menurut beberapa literatur, parasit yang berukuran sekitar 20 mm ini hanya betinanya saja yang berbahaya. Ia senag menempel. Dengan dua buah kantong berisi 700 butir telur ia mudah memperbanyak keturunannya. Sedangkan yang jantan tidak berbahaya karena ia segera mati sesudah melaksanakan masa kawinnya.

Biasanya organ yang diserang adalah bagian-bagian sirip. Namun, lingkungan yang kotor dan banyak bahan organik sangat mendukung parasit ini untuk menyerang bagian lain.

ü Pengendalian

Bila serangannya belum parah, kita bisa menanggulanginya dengan cara mekanis, yaitu menggunting larnea yang menempel pada tubuh ikan. Bagian yang digunting diusahakan jangan sampai jatuh ke dalam air.

6.5. Keungulan Dalam Segi Teknis Dan Potensi Pasarnya.

1) keuntungan dalam segi teknis

Dalam segi teknis budidaya ikan mas dikeramba jaring apung memiliki keungulan, yakni dalam budidaya ikan di jaring apung jarang terjadi penyakit, walaupun ada masih bisa diatasi. Ikan mas merupakan ikan yang cukup tahan terhadap penyakit dan pertumbuhanya juga juga cepat.

2) potensi pasarnya

Permintaan ikan mas cukup tinggi dan harganya tidak terlalu mahal (masih bisa dijangkau masarakat) dan rasany cukup enak.

7. Analisis usaha

Modal awal yang dikeluarkan untum membuat keramba jarring apung untuk pembesaran pada tahun 1998

Tabel 1. Biaya produksi / unit

N

o

Uraian

Unit

Harga/unit (Rp)

Banyaknya/siklus (Rp)

Biaya 1 kali produksi

1

Pakan

150 Kg

12.500

1.875.000

1.875.000

2

Bibit

400 ekor

1000

400.000

3

Biaya lain-lain

100.000

Jumlah

2.375.000

Tabel 2. penerimaan / unit

No

Komponen

Jumlah

Harga

keterangan

1

Hasil panen

100 Kg

30.000

Rp. 3.000.000

2

Biaya peroduksi

Rp.2.375.000

jumlah

Rp. 625.000

Keuntungan yang diperoleh dalam satu keramba Rp 625.000 jadi jika dalam 7 buah keramba keuntungan yang diperoleh sekitar Rp 4.375.000

Keuntungan =penerimaan-biaya produksi

BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

1. jenis usaha adalah usaha pembesaran ikan dikeramba jaring apung

2. Peran dan fungsi keramba jaring apung (KJA) ini adalah sebagai tempat kegiatan budidaya khususnya pembesaran ikan, keramba jaring apung.

3. mereka telah memiliki izin unuk melakukan usaha ini (KJA)

4. Sarana dan prasarana

Keramba jaring apung

§ Bibit

§ Pakan

§ Rumah jaga

5. Komoditas Yang Dibudidayakan

Komuditas yang di budidayakan Keramba Jaring Apung (KJA) ini adalah :

§ Ikan mas (Cyprinus carpio)

§ Ikan nila (Tilapia nilotica)

§ Bawal (Calosoma macropomum)

6. Komoditas Yang Di Unggulkan

Di antara jenis ikan air tawar, ikan mas (Cyprinus carpio) merupakan ikan yang paling poupler di masarakat.

7. Keuntungan yang diperoleh dalam satu keramba Rp 625.000 jadi jika dalam 7 buah keramba keuntungan yang diperoleh sekitar Rp 4.375.000

3.2. Saran

Saran yang dapat kami sampaikan adalah :

1. Agar lebih diperhatikan dalam pembelian bibit.

2. pemberian pakan harus diberikan secara rutin 3X sehari.

3. pakan yang dibberikan harus mengandung protein yang tinggi.

DAFTAR PUSTAKA

Satyani, D., Kualitas air untuk ikan air tawar. Informasi dunia pertanian, penebar swadaya, Jakarta 2002

Asmawi, S, 1983. pemeliharaan ikan dalam keramba. Cetakan pertama. Diterbitkan atas kerjasama pemerintah DKI jakarta dan PT. Gramedia jakarta.

Rochdianto, agus, budidaya ikan di jaring terapung (jakarta : penebar suadaya 2004 )

Santoso, B. 1992. petunjuk peraktis budidaya ikan mas. Kanisius. Jakarta.