Senin, 30 November 2009

pkl II

BAB I
PENDAHULUAN



A. Latar belakang
Sungai Kapuas merupakan sungai yang berada di Kalimantan Barat. Sungai ini merupakan sungai terpanjang di Indonesia dengan panjang total 1.143 km, ini merupakan potensi yang sangat besar bagi sumerdaya perikanan. Namun potensi ini juga memiliki tantangan yang amat besar dalam pengelolaannya, khususnya untuk memperoleh manfat ekonomi yang sangat optimal, dengan adanya perkembangan dalam ilmu dan teknologi dalam dunia perikanan bisa meningkatkan penghasilan masyarakat, dan bisa memenuhi kebutuhan masyarakat akan protein dan gizi.
Budidaya perikanan air tawar saat ini sangat banyak digemari masyarakat Kalimantan Barat pada umumnya dan kota Pontianak khususnya, ini terbukti makin bertambah banyaknya orang yang melakukan kegiatan perikanan baik pembesaran maupun pembibitan. Ini merupakan suatu bukti bahwa dudidaya perikanan air tawar sangat diminati orang Kalimantan Barat.
Usaha pembesaran dilakukan dengan maksud untuk memperoleh ikan ukuran konsumsi atau ukuran yang disenangi oleh konsumen. Pembesaran ikan bawal dapat dilakukan di Keramba Jaring Apung. Bawal air tawar saat ini banyak diminati sebagai ikan konsumsi dan cocok untuk dibudidayakan di Kalimantan Barat. Ikan Bawal mempunyai beberapa keistimewaan antara lain : Ketahanan yang tinggi terhadap kondisi limnologis yang kurang baik. Disamping itu rasa dagingnya pun cukup enak.
Tak heran jika ikan bawal banyak dipilih pembudidaya ikan air tawar sebagai produk unggulan. Selain bernilai ekonomis sebagai ikan hias, ikan bawal air tawar atau dengan nama latin (Colossoma macropomum) juga menjadi santapan yang sering dicari di meja makan. Bahkan permintaan yang besar dari produk ini tak hanya datang dari dalam Negeri melainkan juga luar Negeri. Sayang tidak terdapat data pasti berapa total permintaan komoditas yang satu ini.
Secara teori khusus usaha pembesaran, bawal juga tergolong jenis ikan yang tidak ‘rewel’. Tingkat kelangsungan hidup bawal air tawar cukup tinggi, sekitar 90%. Bahkan, ikan ini mampu bertahan hidup dalam Keramba Jaring Apung (KJA) yang tingkat kepadatannya tinggi. Pakannya pun tidak rewel sebab hewan berjenis omnivora ini memiliki nafsu makan yang besar. (Usni Arie, 2000)
Dengan demikian penulis tertarik mengambil judul ” Teknik Pembesaran Ikan Bawal (Colossoma macropomum ) Di Keramba Jaring Apung” sebagai bekal yang dapat digunakan untuk diaplikasikan di lapangan.

B. Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah yang diambil dalam Praktek Kerja Lapangan II ini adalah Teknik Pembesaran Ikan Bawal di Keramba Jaring (KJA) yang meliputi :
1. Persiapan Alat dan Bahan
2. Pemilihan dan Penebaran Benih
3. Kualitas Pakan dan Cara Pemberian.
4. Pertumbuhan.
5. Tingkat kelangsungan hidup.

C. Tujuan
Adapun tujuan yang ingin dicapai dari praktek kerja lapangan (PKL) II ini adalah untuk mengetahui teknik pembesaran ikan Bawal di Keramba Jaring Apung (KJA).

D. Manfaat
Adapun manfaat yang didapat diperoleh dalam Peratek Kerja Lapangan (PKL) II adalah sebagai berikut :
1. Dapat menerapkan ilmu yang selama ini diperoleh di bangku kuliah apakah sesuai dengan kenyataan di lapangan dan melakukan evaluasi sampai sejauh mana ilmu yang telah diberikan oleh pengajar kepada mahasiswa bermanpaat dalam dunia kerja.
2. Dapat menambah keterampilan dalam pembesaran ikan bawal di Keramba Jaring Apung (KJA)
3. Mampu mengembangkan usaha pembesaran ikan bawal di keramba jaring apng (KJA) dan mengetahui ciri-ciri bibit yang baik dan cara penebaranya, cara pemberian pakan serta tinkat kelangsungan hidup ikan bawal.
















BAB II
TINJAUAN PUSTAKA




A. Klasifikasi dan Marfologi
Seorang ahli perikanan bernama Bryner megkelasifikasi ikan bawal air tawar sebagai berikut :
Filum : Chordata
Supfilum : Craniata
Kelas : Pisces
Supkelas : Neoptergii
Ordo : Cypriniformas
Supordo : Cyprinoidea
Famili : Characidae
Genus : Colossoma
Spesies : Colossoma macropmum.

Gambar 1. ikan bawal
Bawal air tawar (Colossoma macropomum Cuvier) memiliki nama dagang redfin (paku). Awalnya, ikan bawal disangka ikan piranha namun, saat perkembangannya ikan ini dapat tumbuh besar dan dipanen seukuran 100 gram serupa dengan ikan bawal yang asli ikan laut. Oleh kerena itu, namanya menjadi ikan bawal air tawar. Dari arah samping, tubuh bawal tampak membulat (oval) dengan perbandingan antara panjang dan tinggi 2:1. Bentuk tubuh seperti ini memandangkan gerakanya tidak cepat. Sisiknya kecil berbentuk ctenoid, dimana setengah bagian sisik belakang menutupi sisik bagian depan. Warna tubuh bagian atas abu-abu gelap, sedangkan bagian bawah berwarna putih. Pada ikan bawal air tawar dewasa, bagian tepi sirip perut, sirip anus, dan bagian bawah sirip ekor berwarna merah. Warna merah ini merupakan ciri khusus ikan bawal sehingga oleh orang Inggris dan Amerika menyebutnya dengan red bally pacu. (Usni Arie, 2000).
Ikan bawal air tawar memiliki kepala kecil dengan mulut terletak di ujung kepala, tetapi agak sedikit keatas. Matanya kecil dengan lingkaran berbentuk seperti cincin. Rahangnya pendek dan kuat serta memiliki gigi yang tajam. Bawal memiliki 5 buah sirip, yaitu sirip pungung, sirip dada, sirip perut, sirip anus dan sirip ekor. Sirip punggung berbentuk tinggi kecil dengan sebuah jari-jari agak keras, tetapi tidak tajam, sedangkan jari-jari lainya lemah. Sirip pungung agak panjang, letak sirip ini agak ke belakang. Sirip dada, sirip perut dan sirip anus kecil dan jari-jarinya lemah. Demikian pula dengan ekor, jari-jarinya lemah, tetapi berbentuk cagak. (Usni Arie, 2000).

B. Habitat dan Penyebarannya
Dilihat dari usulnya, bawal bukanlah ikan asli Indonesia, tetapi berasal dari negeri Samba, Brazil. Ikan ini dibawa ke Indonesia oleh para inportir ikan hias dari Singapura dan Berazil. Pada tahun 1980. ke Indonesia, ikan bawal pun sudah tersebar hampir keseluruh penjuru dunia. Di setiap negara, ikan ini mempunyai nama yang berlainan. Ikan ini disebut ikan bawal kerena ikan ini mirip ikan bawal yang ada di laut. Di Inggris dan Amerika menyebutnya dengan red bally pacu. Kerena bagian sirip perutnya berwarna merah kemerahan. (Usni Arie, 2000).
Miskipun kedudukan ikan bawal ini belum bisa disejajarkan dengan ikan komsumsi lainnya, tetapi kehadiranya memiliki arti tersendiri, terutama dalam memperkaya khasanah ikan budidaya di indonesia. Bila telah populer, tak tutup kemungkinan bawal dapat mengalahkan kedudukan ikan-ikan lainnya. (Usni Arie, 2000).
Selain pertumbuhannya cepat, kelebihan lain ikan bawal adalah cara pemeliharaanya tidak rumit. Ikan bawal ini dapat dipelihara di kolam dengan tingkat kelangsungan hidup yang tinggi. Bawal yang dipelihara di kolam pendederan dan pembesaran kelangsungan hidupnya dapat mencapai 90%. Persentase tersebut lebih tinggi bila dibandingkan ikan nila dan ikan mas yang kelangsungan hidupnya paling tinggi 80%. Selain itu ikan bawal dapat ditebar dalam kepadatan tinggi. (Usni Arie, 2000).

C. Kualitas Perairan
Kualitas dalam suatu kondisi perairan khususnya untuk kegiatan budidaya (pembesaran ikan bawal) harus diperhatikan kerena untuk mendapatkan hasil yang baik maka kualitas perairan juga harus baik, untuk menciptakan perairan yang dapat menghasilkan hasil yang bagus atau yang berkualitas baik, diperlukan penanganan ataupun pengukuran terhadap kondisi air tersebut yang nantinya diharapkan kualitas air yang ada diperairan tersebut dapat mendukung proses kegiatan budidaya ikan.
Bila kualitasnya kurang baik, air dapat menyebapkan ikan lemah, napsu makan menurun dan mudah terserang penyakit. Oleh sebap itu, kualitas air untuk ikan bawal harus sesuai dengan yang dibutuhkan. Parameter untuk mengetahui kualitas air meliputi sifat fisika (warna, kekeruhan, suhu), sifat kimia (kandungan oksigen, karbondioksida, pH, amoniak), serta sifat biologi (binatang-binatang yang hidup di perairan tersebut).
Menurut (Usni Arie, 2000) kualitas air yang baik untuk ikan bawal air tawar adalah sebagai berikut.

Tabel 1. Prameter Kualitas Air Untuk Ikan Bawal
PRAMETER NILAI
Suhu 25—30oC
Warna Hijau kecoklatan
Kekeruhan 20—40 cm oleh planton
Karbondioksida Maksimal 25 mg/l
PH 7—8
Amoniak Maksimal 0,1 mg/l
Sumber : Usni Arie 2002
D. Sarana dan Prasarana
Dalam usaha pembesaran ikan bawal di keramba jaring apung. Sarana dan perasarana yang dibutuhkan. Sarana dan prasarana sangat menentukan keberhasilan dalam usahanya tersebut.
Adapun sarana dan prasarana yang digunakan dalam pembesaran ikan bawal di keramba jaring apung adalah meliputi:
1. Rakit
Rakit merupakan bingkai yang dilengkapi pelampung sebagai tempat untuk meletakan atau unuk mengikat waring atau jaring. Bahan rakit dapat berupa bambu, kayu, pipa galavins (pipa tahan karat) maupun pipa paralon. Namun bahan yang umum digunakan adalah kayu dan bambu lebih murah dan lebih mudah didapat.
2. Waring
Waring adalah kantong pemeliharaan yang umumnya digunakan
3. Kendaraan
Kendaraan adalah alat yang digunakan untuk memudahkan mencapai lokasi tempat kegiatan budidaya tersebut.
4. Sarana kerja lapangan
Untuk pembesaran ikan bawal selain sarana diatas, juga diperlukan sarana lapangan seperti ember dayung serta pembersih waring.
5. Peralatan lain
Untuk pembesaran ikan bawal peralatan lain yang diperlukan seperti tersedianya jalan, listerik, dan alat untuk pengankutan hasil produksi.

E. Pemilihan dan Penebaran Benih
Pemilihan benih mutlak penting, karena hanya dengan benih yang baik ikan akan hidup dan tumbuh dengan baik. Penebaran benih Sebelum benih ditebar perlu diadaptasikan, dengan tujuan agar benih ikan tidak dalam kondisi stres saat berada dalam keramba jarin apung. Cara adaptasi : ikan yang masih terbungkus dalam plastik yang masih tertutup rapat dimasukan kedalam kolam, biarkan sampai dinding plastik mengembun. Ini tandanya air keramba jarin apung dan air dalam plastik sudah sama suhunya, setelah itu dibuka plastiknya dan air dalam keramba jarin apung masukkan sedikit demi sedikit kedalam plastik tempat benih sampai benih terlihat dalam kondisi baik. Selanjutnya benih ditebar / dilepaskan dalam keramba jarin apung secara perlahan-lahan. Adapun ciri-ciri benih ikan bawal yang baik antara lain :
1. Sehat bibit yang sehat akan memiliki respon yang baik terhadap rangsangan, dan tidak ditemukan luka atau parasit yang menempel pada tubuh bibit ikan
2. Anggota tubuh lengkap dan tidak cacat Organ tubuh lengkap dan proporsional, bahwa benih yang dipilih tidak mengalami cacat fisik mulai dari kepala sampai ekor.
3. Aktif bergerak bibit yang baik cenrung lincah dalam pergerakan
4. Tidak membawa penyakit ikan yang dibudidayakan jangan pernah membawa penyakit.
5. Ukuran seragam, ukuran bibit ikan yang akan dipelihara harus seragam atau mendekati seragam, dengan demikian diharapkan pertumbuhannya diharapkan tetap sama atau seragam sampai akhir pemeliharaan.
6. Jenis Unggul sebaiknya bibit yang budidayakan jenis bibit ungul, dengan bibit ungul bisa mempercepat masa panen dan tahan terhadap penyakit.

F. Kualitas Pakan Dan Cara Pemberian
Kualitas dan kuantitas pakan sangat penting dalam budidaya ikan, karena hanya dengan pakan yang baik ikan dapat tumbuh dan berkembang sesuai dengan yang kita inginkan. Kualitas pakan yang baik adalah pakan yang mempunyai gizi yang seimbang baik protein, karbohidrat maupun lemak serta vitamin dan mineral. Karena ikan bawal bersifat omnivora maka makanan yang diberikan bisa berupa daun-daunan maupun berupa pelet. Pakan diberikan 3-5 % berat badan (perkiraan jumlah total berat ikan yang dipelihara). Pemberian pakan dapat ditebar secara langsung.
Setiap ikan mempunyai kebiasan makan yang berbeda. Ada tiga golongan ikan berdasarkan kebiasaan makan yaitu ikan biasanya makan di dasar perairan, di tengah dan di permukaan. Apa bila dilihat dari jenisnya ikan, ikan digolongkan dalam tia golongan pula, yaitu herbipora (pemakan tumbuhan), karnipora (pemakan hewan/ daging), dan omnivora (pemakan tumbuhan dan daging).
Hasil penelitian menunjukan, bahwa bawal tergolong omnivora. Miskipun tergolng omnivora, ternata pada masa kecilnya (larva), bawal lebih bersipat karnivora. Jenis hewan yang paling disukai adalah Crustecea, Cladocera, Copepoda, dan Ostracoda.
Sebagai pakan utama pada pemeliharaan ikan dalam karamba jaring apung (KJA), yaitu pakan utama yang berbentuk pellet baik yang dibuat oleh pabrik maupaun dibuat sendiri. Pakan yang baik sangat berpengaruh sekali pada pertumbuhan ikan yang dipelihara dan apabila menggunakan pakan berupa pellet maka perlu diperhatikan ciri-ciri pakan ikan yaitu :
1. Mengandung gizi yang cukup dan seimbang
2. Kondisi pakan kering dan tidak berjamur
3. Memiliki aroma yang baik
4. Ukuran pakan seragam
5. Tidak berdebu
Di dalam hal pemberian pakan juga ada perlu diperhatikan karena dalam pemberian pakan tidak boleh sembarangan apabila terjadi akan mengakibatkan ikan mengalami terhambatnya pertumbuhan ikan tersebut . Menurut Khairuman (2002), pakan yang digunakan berupa pellet yang di berikan 3-4 kali dalam satu hari, dimulai dari pagi hari anatara jam 07.00—08.00, siang hari13.00—14.00, sore antara jam 18.00—19.00 dan malam harinya antara jam 22.00—23.00. Yang perlu diperhatikan dalam pemberian pakan adalah sebagai berikut :
1. Pakan harus ditebarkan secara merata keseluruhan diatas permukaan karamba
2. Frekuensi pemberian pakan berkisar 2—3 kali sehari sehingga pakan tidak menumpuk satu waktu.
3. Jumlah pakan yang di berikan sesuai dengan berat biomassa ikan yang ada, kesesuaian jumlah pakan diperoleh dari 3% sampai 5% di kalikan total biomassa ikan . Untuk mendapatkan biomassa ikan yang di pelihara maka sebaiknya setiap 2 minggu di lakukan sampling dari awal pemeliharan, sampling dilakukan dengan cara menimbang beberapa ekor ikan sehingga didapat hasil berat rata-ratanya. Dengan mengetahui berat perekor maka dapat diperkirakan jumlah boimasa total untuk menentukan jumlah pakan harianya.


G. Pertumbuhan
Pertumbuhan adalah pertambahan ukuran, baik panjang maupun berat. Pertumbuhan dipengaruhi faktor genetik, hormon dan lingkungan. Miskipun secara umum, faktor lingkungan yang memegang peranan sangat penting adalah zat hara dan suhu lingkungan, namun didaerah tropis zat hara lebih penting dibandingkan suhu lingkungan. Zat hara meliputi makanan, air dan oksigen menyediakan bahan mentah bagi pertumbuhan, gen mengatur pengolahan bahan tersebut dan hormon mempercepat pengolahan serta merangsang gen.(fujaya, 2004)
Pertumbuhan ikan dimulai dari pemeliharaan bibit dari hasil pendederan. Padat tebarnya 25—50 ekor/m2. (ukuran 4 inci atau 25 g) sampai mencapai kosumsi atau sampai calon induk. Masa pembesaran yaitu berkisar 4—5 bulan atau tergantung dari kebutuhan pasar. Setelah masa tersebut, ikan bawal biasanya sudah mencapai ukuran kosumsi, yaitu 400—500 g/ekor. (Usni Arie, 2000)
H. Tingkat Kelangsungan Hidup
Kelangsungan hidup ikan bawal (Colossoma macropomum Cuvier) dapat mencapai 90%. Persentase tersebut lebih tinggi bila dibandingkan ikan nila dan ikan mas yang kelangsungan hidupnya paling tinggi 80%. Selain itu ikan bawal dapat ditebar dalam kepadatan tinggi. (Usni Arie, 2000).












BAB III
METODOLOGI


A. Objek Praktek Kerja Lapangan (PKL)
Objek praktek kerja lapangan (PKL) II ini adalah ’’Teknik Pembesaran Ikan Bawal Air Tawar (Colossoma macropomum cuvier) Dikaramba Jaring Apung (KJA)’’ sasaran urama Praktek kerja lapangan (PKL) ini ditekankan pada aspek teknis, sedangkan aspek sosial danapek ekonomi akan dibahas secara umum.

B. Metode Pengambilan Data
Metode yang digunakan dalam pengambilan data adalah metode deskriptif, observasi dan partisipasi aktif. Metode deduktif adalah pegumpulan data dengan mengadakan pengamatan terhadap suatu keadaan juga menentukan frekuensi terjadinya suatu peristiwa tersebut disertai atau tidak disertaidengan hipotesis. Data yang diambil terbagi dua, yaitu pengambilan data sekunder dan data primer. Berikut ini akan diuraikan tentang metode pengambilan data primer dan data sekunder.
1. Data Primer
primer adalah data yang deperoleh langsung dari dari sumber, diamati dan dicatat untuk pertama kalinya (Marzuki,2000:55). Data primer disini merupakan hasil interview, observasi dan partisipasi aktif. Adapun data primer yang dikumpulkan dalam kegiatan ini meliputi :
a. Persiapan alat dan bahan
b. Pemilihan dan penebaran benih
c. Kualitas pakan dan cara pemberian.
d. Pertumbuhan.
e. Tingkat kelangsungan hidup.
2. Data Sekunder
Menurut marzuki dalam bukunya metodologi riset, data sekunder adalah yang bukan diusahakan sendiri pengumpulannya oleh peneliti, sehingga data sekunder telah melewati satu atau lebih pihak yang bukan peneliti. Data sekunder tersebut diperoleh dari studi pustaka terhadap beberapa buku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar